Skip to main content

CIKOLE-CIPUNAGARA Tempat yang tepat bermain All Mountain Bike



Bersepeda di Bumi Parahyangan Bandung

Pagi itu bukan main indahnya di lereng hutan pegunungan hutan “Cikole-Lembang-Bandung”. Matahari muda memuntahkan cahayanya yang kuning muda keemasan ke permukaan bumi, menghidupkan kembali rumput-rumput yang hampir lumpuh oleh embun, pohon-pohon yang lenyap ditelan kegelapan malam, bunga-bunga yang menderita semalam oleh hawa dingin menusuk.
Cahaya kuning emas membawa kehangatan, keindahan, penghidupan mengusir halimun tebal dan halimun pun lari pergi dari raja cahaya kehidupan itu, meninggalkan butiran-butiran embun yang kini menjadi penghias ujung-ujungdaun dan rumput membuat bunga-bunga yang beraneka warna itu seperti dara-dara muda jelita sehabis mandi, segar, harum dan berseri-seri.

Pemandangan indah dari atas bukit

Cahaya yang lembut itu tertangkis oleh daun dan ranting pepohonan hutan yang rimbun, namun kelembutan cahaya itu dapat juga menerobos di antara celah-celah daun dan ranting sehingga sinar kecil memanjang yang tampak jelas di antara bayang-bayang pohon meluncur ke bawah.
Kutipan dan “modifikasi lokasi” dari cerita silat “Bukek Siansu” karya penulis silat legendaris “Kho Ping Hoo” tepat sekali menggambarkan keindahan lokasi lintasan tempat yang akan kami explore dengan bersepeda hari minggu itu.

Foto bersama tim TC2MTB sebelum mulai bersepeda


10 orang goweser yaitu: Aha, Amir, Adien, Bian, Didit, Erick, Rifai, Rizal, Nardi & Pudji yang tergabung di komunitas TC2MTB: Takenaka Cycling Community komunitas sepeda MTB di kantor kami, pagi yang indah itu berkumpul bersama-sama mencoba bertafakur menikmati keindahan alam ini dengan bersepeda. Kegiatan bersepeda bersama ini atau Gowes Bareng ini adalah program rutin komunitas kami yang di adakan tiap 1-2 bulan sekali.
Perjalanan ke titik start tempat kami akan bersepeda ini sungguh unik untuk di ceritakan. Minggu pagi pada hari yang telah di tentukan kami sepakat untuk gowes bersama-sama. Menuju lokasi gowes yang di Cikole-Bandung karena kami tinggal tidak satu daerah maka kami membuat 5 grup kendaraan pengangkut sepeda & gowesernya, yaitu 2 grup dari Jakarta, 2 grup dari Bekasi dan 1 grup dari Cikarang. Tikum kami tentukan di Rest Area SPBU KM.57 di daerah Karawang Timur. Mengejar view lokasi yang indah seperti yang di lukiskan oleh cerita di atas kami tentukan bahwa sebelum adzan Subuh kita harus sudah berkumpul di tikum yang telah di tentukan. Akhirnya setelah saling kontak, saling tunggu tidak terlalu lama berkumpulah kami semua di Rest Area ini. Setelah beribadah sholat Subuh kami langsun meluncur menuju kota Bandung. Suasana pagi yang masih sepi secara singkat sampailah kami di Bandung. Di sini kami menjemput Marshal om Reno & temanya yang akan memandu kami untuk gowes di trek ini. Setelah kami meloading beliau berikut sepedanya segeralah meluncur ke arah Lembang. Jalanan pagi yg relative sepi membuat kami sangat laju lancar menuju lokasi ini. Setelah melalui diskusi antara om Aha & om Reno mereka bersepakat untuk mengambil shortcut atau jalan pintas offroad menuju lokasi titik startnya. 5 mobil yang membawa kami melaju melewati jalanan berbatu yang menanjalk dengan sisi sebelah kirinya jurang. Jalanan ini hanya cukup di lewati 1 mobil searah & celakanya karena salah mengambil posisi salah satu mobil kami mengalami masalah karena gardan rodanya nyangkut di bebatuan jalan sehingga selip dan macet karena roda belakang tidak mendapat traksi atau panjatan. “Wah belum juga sepedahan udah harus dorong-dorong dan gotong-gotong mobil, udah dapat pemanasan nih” celoteh beberapa teman kami. Akhirnya setelah berbagai usaha kami lakukan segeralah kami terbebas dari masalah ini. Setelah perjalanan off road dengan view suasana pagi yang berkabut tebal sampailah kami di lokasi. Aroma pohon Eucalyptus yang wangi dan kabut yang segar segera masuk ke rongga paru2 kami. Segera saja sepeda kami turunkan dari kendaraan dan secepatnya kami rangkai kembali.

Trek awal jalan datar sebagai awal pemanasan

Setelah masing-masing siap dengan sepeda dan perlengkapanya, pemanasan pun kami lakukan secara bersama-sama. “Ok guys are you ready?” teriak om Aha yang merupakan leader di trek ini. Kami berkumpul untuk briefing dan berdoa bersama-sama. Om Reno menjelaskan bahwa trek yang kita lintasi jaraknya tidak terlalu jauh yaitu sekitar 28,5 KM yang terdiri dari single trek & double trek komposisinya antara tanjakan & turunan lebih dominan turunan perbandinganya yaitu 30% &  70%. “Hati-hati ya om tetap control speed di turunan karena rata-rata trek ini negative jurang di kiri atau kananya dan lintasan masih basah oleh hujan semalam” kata Om Reno menjelaskan.

Turunan single trek diantara lembah yang indah

Tidak menunggu lama meluncurlah kami di pagi indah ini menyusuri hutan Eucalyptus yang basah dengan sepeda kami. Hujan yang semalam turun membuat jalanan yang kami lewati becek dan licin, beberapa teman selip ban sepedanya dan yang lain mencoba tetap gowes namun memilih jalanan yang berumput sehingga mendapat traksi. “Asyik awal yang bagus buat pemanasan” guman saya dalam hati. Setelah sekitar kurang lebih 1 jam kami gowes di trek ini sampailah kami di lintasan double trek batu macadam sebelah kanan adalah tebing pepohonan kebun teh dan sebelah kiri juga kebun teh yang sangat hijau menyegarkan mata dengan background bukit-bukit yang indah…“Damn it I love Indonesia”…Tidak menyia-nyiakan kesempatan langsung kami keluarkan kamera untuk membuat foto keluarga, beberapa teman juga langsung mengeluarkan HP membuat dokumentasi barang bukti…hehehe, yang lainya sekedar memandangi tingkah polah mereka.

Damn it I love Indonesia

Kontur di trek ini adalah tanjakan yang lumayan tapi masih gowesable & masih enak buat pedaling. “Ayo om kita lanjut aja tinggal beberapa meter ke depan kok nanjaknya, habis itu full turunan” Om Reno menyemangati rombongan kami. “Cabuuttt” teriak beberapa teman kami, sepeda pun kami kayuh kembali karena skill & kekuatan dengkul yang berbeda-beda sesi nanjak membuat rombongan terbagi menjadi 2 bagian. Grup pertama yang memang pecinta tanjakan langsung melesat melibas tanjakan dan grup kedua santai-santai saja gowes sambil banyak berhenti tarik nafas sambil menikmati pemandangan. “Viewnya bagus banget om makanya kita banyak berhenti, sorry ya jadi lama nungguin kita-kita…hahaha” celoteh teman di grup kedua sambil tertawa-tawa sesudah berkumpul di titik paling atas tanjakan.

Pose angkat sepeda di bukit yang berkabut

“Disini titik paling tertingginya om” sekali lagi om Reno memberi penjelasan, dari tempat kami berdiri kabut tipis masih terasa dingin membelai kulit kami, cuaca yang tadi pagi cerah kini mendung kembali. Pemandangan tebalnya kabut di lembah sebelah kiri kami membuat kami betah berlama-lama di tempat ini. Kebun teh yang tadi mendominasi pemandangan di lereng sebelah kiri kami kini tergantikan oleh hijaunya pemandangan kebun sayur-sayuran milik penduduk. Di beberapa ladang terlihat bungkusan putih plastik-plastik warna putih semain bibit-bibit sayuran yang rapi berjejer membentuk garis-garis repetitive yang indah. “Habis ini kita turun terus om, nanti kita akan lewat diantara kebun-kebun itu om, hati-hati ya jangan sampai menginjak tanamanya” kata om Reno sambil menunjuk ke lembah yg sebelah kiri. Setelah cukup kami beristirahat gowes kami lanjut kembali, trek yang kami lewati adalah masih jalur tanah & sedikit batu-batuan kecil yang menurun. Teriakan kegeringan bersahutan seolah anak kecil menemukan mainan kesukaanya, jalur double trek yang lumayan lebar diantara kami bisa saling ngebut mendahului. Namun tidak terlalu lama kami menikmati jalur asyik ini om Reno berhenti dan mengarahkan kami untuk berhenti & masuk jalur kebun sayur.


Turunan yang meliuk-liuk memacu adrenalin & butuh konsentrasi yg tinggi

Trek kebun sayur ini konturnya masih tetap menurun, jalurnya adalah sela-sela antara tanaman kebun sayur yang tidak terlalu lebar kurang lebih ukuranya hanya 50 cm. Untuk menjaga agar kami tidak merusak tanaman sayur-sayuran kami gowes sangat pelan & hati-hati. Kadang-kadang kami memilih menuntun sepeda kami supaya lebih aman melewati tanaman ini. Tumbuhan yang terdapat disini adalah sejenis kacang-kacangan yang merambat dan di rambatkan ke batang-batang bilah bambu. Setelah melewati trek ini kami ketemu dengan jalanan batu macadam menuju perkampungan. Tak terasa sudah jam hampir jam 12 siang kami tiba di perkampungan penduduk. Kampung yg bernama ini adalah kampung kecil yang tidak terlalu padat penduduknya, Yang menonjol di kampung ini terdapat pabrik pengolahan teh yang tidak terlalu besar. Segera kami mencari warung untuk “carbo loading” alias makan siang. Setelah menyantap makanan siang khas sunda yang lezat dengan banyak lalapan yang segar, istirahat cukup  tak lupa kami numpang untuk beribadah sholat Dzuhur di warung ini.

Rehat sejenak di buai oleh kabut nan tipis menyegarkan pernafasan

“Habis ini kita santai aja om gowesnya, maklum perut udah penuh nih” kata om Didit memohon. Trek yang kita hadapi di depan adalah jalanan khas pedesaan batu-batuan kecil campuran pasir. Kondisi jalan adalah menanjak ringan namun agak lumayan panjan kira-kira sekitar 4,5 km full nanjak gak ada turunan sama sekali. Beberapa teman langsung tancap ngebut di depan, sebagian lagi santai sambil dorong-dorong sepedanya. Selepas perkampungan penduduk kita di hadapkan pada pada pemandangan lembah & bukit-bukit yang sangat indah di sebelah kiri kita. Segala upaya dilakukan untuk mencapai tanjakan ini, dan akhirnya berkumpulah kami semua di titik tanjakan berakhir, istirahat, foto-foto & ngobrol.

Vegetasi bunga liar yang indah merona

“Om setelah ini kita ambil jalur kiri masuk ke single trek turunan di dalam hutan, trek lumayan teknikal rintanganya akar-akar pohonan & juga harus waspada terhadap dahan pohon yang melintang” kata om Reno menjelaskan kondisi sambil menunjuk ke arah lintasan yang akan kita lalui. Mendapat gambaran lintasan yang seperti di jelaskan om Reno, beberapa teman kami rombongan “piknik” minta alternative untuk lewat jalur yang safe buat mereka. Ditemani oleh sweeper 4 orang teman kami lanjut lewat jalur piknik jalanan kampung konturnya terus menurun.

Mengabadikan keindahan sambil bernarsis ria

Sementara 6 orang rombongan “bad boys” di pandu oleh om Reno bersiap-siap untuk memacu adrenaline memasuki jalur single trek ke dalam hutan. Secepat kilat kami meluncur melewati turunan secara beriring-iringan, jalur ini adalah jalan setapak yang di gunakan oleh penduduk untuk mencari kayu ke hutan pada awalnya vegetasi tumbuhan masih agak jarang-jarang, makin ke dalam makin rapat oleh tumbuhan semak-belukar. Beberapa teman teriak-teriak kegirangan memacu sepedanya dengan kecepatan penuh, kadang-kadang tumbuhan ilalang liar tajam mengiris tangan dan muka kami. Di awal lintasan kami bisa memacu sepeda kami, namun makin kedalam vegetasi tumbuhan semakin rapat dan kondisi lintasan banya cerukan tanah yang membentuk saluran. Beberapa bagian membuat menjadi tanggulan sehingga ada beberapa teman kami jatuh karena kuran sigap menghadapi rintangan ini. Karena yakin jatuhnya tidaklah terlalu parah, bukan menolong malah beberapa mengabadikan momen ini dengan memotret posisi mereka yang jatuh sambil tertawa-tawa. “Buat barang bukti nih” kata mereka sambil tertawa-tawa. Lebatnya hujan yang menguyur daerah ini membuat beberapa bagian tidak bisa kami lewati dengan bersepeda. Tanahnya sangat licin & lumayan berlumpur karena tebalnya humus daun-daunan hutan, kami ambil opsi paling aman untuk menuntun sepeda kami.
Lebatnya hutan yang kami lewati ini membuat om Reno sempat salah orientasi, jalur yang seharusnya belok kanan ternyata salah ambil jalan belok ke kiri. Makin lama kita jalan makin rapat vegetasi tumbuhanya. “Tunggu di sini dulu om saya mau arah sana, harusnya kita ke lembah & arah ladang penduduk” kata om Reno meletakan sepedanya sambil berjalan menembus semak belukar. Setelah yakin menentukan arah yang benar di ambilah jalan pintas, turun memotong jurang yang tidak terlalu dalam hanya sekitar 5 meteran. Secara estafet sepeda kita turunkan satu persatu, kondisi tanah yang licin & lumayan miring akhirnya secara susah payah kami bisa menurunkan seluruh sepeda. Adegan beberapa teman kami yang melorot jatuh terpeleset membuat kami tertawa-tawa gembira ria. Semangat kembali menyala setelah kami berhasil melewati rintangan ini. Di bawah sana kami melihat kebun & ladang penduduk. Setelah mendorong sepeda kami sebentar mulailah kami memasuki jalur ladang penduduk yang meliuk-liuk turunan yang mengasyikan. Kondisi di jalur ini adalah single trek menurun, jalurnya adalah tanah ladang yang keras namun di beberapa bagian terdapat cerukan tanah yang membentuk saluran sehingga di tuntut untuk selalu tetap waspada.
Derita tersesat di hutan tadi terpuaskan di jalur ini karena kami bisa memacu sepeda kami. Pemandangan kiri kanan juga sangat indah dengan beberapa bukit-bukit & lembah. Akhirnya jalur ini berakhir di jalan utama pedesaan di mana 4 teman kami rombongan “piknik” sudah menunggu duduk sambil ngobrol di sebuah persimpangan jalan. “Lambat banget sih pada kemana aja, nyasar ya?” kata mereka sambil tertawa. Tawa mereka makin menjadi-jadi melihat penampilan kami yang belepotan lumpur & hampir semua pakaian kami kotor semua, sementara mereka bersih-bersih semua. “Seneng ya lihat kita-kita di siksa, hahaha”
Terimakasih & sampai jumpa di trek selanjutnya. Tetap semangat & sehat dengan olahraga.

Popular posts from this blog

BUKIT AQUILA CIPANAS Jalur Sepeda yang pas untuk menyegarkan nafas

Aquila adalah nama sebuah bukit yang terletak di Cipanas lokasi tepatnya adalah setelah Istana Presiden Cipanas Bogor, biasanya kami ‘unloading’ sepeda di sebual Villa [Gramedia] yang di depanya terdapat sebuah Warung Mie Jawa yang enak sekali rasanya, kemudian dari villa tersebut kita langsung meluncur dengan sepeda ke ‘BUKIT AQUILA’ Saya juga kurang tahu persis nama Aquila ini di ambil dari mana yang jelas sebuah bukit yang indah dengan pesona alam khas Parahyangan yang sangat sejuk dilihat & memanjakan mata. Bukit Aquila ini adalah sebuah bukit tempat berladang penduduk lokal setempat yang banyak menanam tanaman keras & beberapa sayuran berjenis kacang-kacangan, udaranya sangat segar & hijau tanaman ketika musim hujan. Sekilas tentang jalur sepeda Aquila Secara garis besar jalur ini saya bagi menjadi 4 bagian berdasarkan kondisi jalur, lokasi & area yang kita lintasi dengan bersepeda. Berdasarkan kategori jalur ini bisa dimasukan dalam kategori Light

ENDURO RACE di KTH Bikepark Puncak Bogor

   Starting point Bukit Pano'ongan   Suasana di Start Point ENDURO Sebuah genre baru  balap sepeda Saat ini genre Enduro berkembang pesat & sangat digemari oleh para pencinta olahraga Mountainbike. What is Enduro? Istilah Enduro awalnya adalah sebuah genre olahraga dari Motorbike yaitu sebuah lomba long distance cross country yang terbagi dalam beberapa stage kemudian dihitung overall total waktu keseluruhan dari stage yang dilombakan pemenangya adalah yang bisa menyelesaikan waktu tercepat. Enduro di Mountain bike jika tidak salah awal mulanya di selenggarakan di Negara Perancis adalah sebuah lomba yang menggabungkan “technical skill downhill” yang tinggi & kemampuan “endurance” yang prima yang biasanya terbagi dalam beberapa stage lomba, perpaduan dari dua hal ini menjadikan sebuah genre baru yang sempurna dari olahraga Mountain bike.  Salah satu rider di stage-1 sebelum turun hujan Salah satu contoh adalah Jerome Clement seorang atlet yang

SATU HARI BERMAIN SEPEDA di 3 jalur yang berbeda di Kota Bandung Raya

Banyak terdapat jalur sepeda yang harus dicoba di Kota Bandung Raya Kota Bandung disebut oleh para kompeni sebagai “Paris Van Java” entah ya gimana asal muasalnya…bingung emoticon. Selain terkenal dengan wisata kuliner, gudang nya mode fashion dengan ratusan toko pakaian “Factory Outlet” juga sangat mahsyur sebagai gudangnya para wanita cantik “Neng Geulis” yang terkenal dengan sebutan “Mojang Priangan”…entah ya berapa persen terdapat wanita cantik di kota ini…hihihi…tertawa emoticon. Kota yang menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan sehingga udara lumayan sejuk [tapi sekarang sudah berasa panas ya…hahaha] pemandangan alam nya sangat indah dengan berbagai view yang sangat menawan. Beberapa daerah memang masih dipelihara keaslian hutanya & di khusus kan untuk menjadi hutan lindung dan menjadi daerah tujuan wisata. Yang paling menarik bagi kami selain hal diatas di Kota Bandung ini terdapat banyak jalur sepeda yang