Skip to main content

BALI ISLAND Berwisata dengan sepeda di Pulau Dewata



 



Bali: Bike, Beach & Banana
Liburan ke Bali mengunjungi tempat-tempat yang indah  nan eksotis pasti anda sudah biasa & sering kali melakukanya, tetapi liburan ke Bali mengunjungi tempat yang eksotis itu dengan bersepeda pasti terasa lebih seru dan istimewa karena tidak semua orang dapat melakukan.
Kami bertiga sepakat memberi nama kegiatan ini dengan GWJ: Gowes Wisata Jauh yang biasanya kami laksanakan pada bulan di liburan akhir atau awal tahun. Kami menjadikan pilihan Pulau Bali sebagai tujuanya dengan tema Bali: Bike, Beach & Banana. Bike: Olahraga, Beach: Wisata, Banana: Kuliner…”ceile gaya banget ya pakai tema segala…hahaha”.
Gowes yang kita rencanakan 2 hari ini mengambil juga 2 pilihan jalur, yang pertama jalur AM: ‘All Mountain yang sesuai dengan type habitat sepeda kami dan yang kedua ‘City Tour’ on road bersepeda santai menuju tempat wisata yang lokasinya bisa di jangkau dengan sepeda dan dekat dengan tempat kami menginap di hotel seputaran Tuban-Kuta.
Lewat rundingan dengan teman-teman melalui grup media social yang sedang trend “Line” kami sepakat memilih jalur yang punya pemandangan eksotis & trek yang lumayan menantang untuk dicoba.
Memandang lereng Gunung Batur
Day One: Pilihan trek pertama yaitu trek yang sudah sangat terkenal di Bali dengan sebutan kondang nya “Balisecretride”. “Balisecretride” adalah sebuah trek alam yang terletak di Kintamani. Jalur trek ini yang kita pilih adalah start dari Panulisan daerah perbukitan rolling memutari Gunung & Danau Batur  turun menuju Tianyar sebuah Pantai berpasir hitam yang terletak di Kabupaten Karangasem. Total jarak tempuh sekitar 28 km ‘rolling’ antara tanjakan & turunan.
Day Two: Pilihan kedua yaitu trek on road nanjak menuju bukit ungasan ke Garuda Wisnu Kencana sebuah Cultural Park yang terkenal dengan objek Patung Dewa Wisnu & Garuda Kencana. Total jarak tempuh sekitar 30 km start dari Kuta, ditutup dengan Night ride & Wisata Kuliner masakan sea food di Pantai Jimbaran, mengunjungi monument Ground Zero di Legian finish di Kuta hotel tempat menginap kami.
Aerial view kawasan pantai di sekitar Airport Ngurah Rai
Day one “Balisecretride”_Kintamani
Udara yang biasa panas di pulau Bali saat ini sirna tak terasa karena cuaca mendung di akhir tahun menyelimuti udara pagi ini di Bali. Kami bertiga Saya, Tejo & AHaris sudah bersiap dengan sepeda dan perlengkapan menunggu di lobby hotel setelah selesai menyantap sarapan pagi yang nikmat sekali, “Ya iyalah lagi lapar gitu loh” kata Tejo sambil bergurau. Kami menunggu 2 teman kami yaitu Dekhary & Deny yang sudah kami kontak untuk menjemput & mengantar kami menuju trek ini. Rupanya problem macet di jalan raya sudah mewabah hampir di seluruh kota di pelosok Indonesia. Sambil meminta maaf Dekhary “say sorry” karena sedikit terlambat dari waktu janjian yang telah di tentukan. Tanpa basa-basi setelah kita salaman “ritual tos” ala biker, sepeda pun kami loading keatas mobil bak terbuka, dan kami naik mobil minibus yang telah disediakan oleh Dekhary, 2 mobil kami beriringan menuju titik start di daerah Penulisan di Kintamani sekitar 60 km dari kota Denpasar dan akhirnya sampailah kami di sebuah warung di tepi hutan masuk wilayah desa adat Penulisan yang lokasinya berada di ketinggian 1.400 M diatas muka air laut.
Foto bersama sebelum mulai bersepeda
Waktu menunjukan jam 10.30 cuaca masih belum berubah tetap mendung dan bahkan gerimis kecil mulai turun. Tingginya lokasi kami berada membuat kabut tipis bergerak putih lembut menyapa di tingkah oleh udara segar dengan aroma hutan liar pohon pinus yang menyegarkan berhembus mengalir ke paru-paru kami. Segera kami turunkan sepeda dari mobil sambil sekali lagi “cek list” terhadap kesiapan tunggangan kami masing-masing.
“Nanti setelah turunan jalan ini kita akan langsung masuk ke single trek ke dalam hutan om, jadi bawa bekal makanan & minuman ringan secukupnya dari sini saja ”Dekhary mengingatkan. Kami pun segera membeli beberapa “snack” & minuman ringan lantas memasukan ke dalam tas kami. Setelah semua sudah siap akhirnya kami berlima bersiap menjajal trek ini. Ritual doa memohon keselamatan kami lakukan di pimpin oleh Dekhary.
Menikmati tanjakan menghangatkan suhu badan kami
Jam menunjukan 11.00 tepat, mulailah kami mengayuh sepeda dengan formasi Dekhary paling depan bertindak sebagai “Marshal” disusul AHaris, Tejo, Saya & Deny paling belakang kebagian sebagai “Sweeper”. Suasana dingin, hening, sepi & aroma wangi dari banten & canang (sesaji) yang banyak terdapat di lokasi menambah khusyuk gowes kali ini. Trek awal adalah turunan jalan asphalt rusak yang sangat sepi. Kami hanya mendengar deru suara knalpot motor di kejauhan karena sepertinya ini adalah bukan jalan utama antar desa tetapi hanyalah jalan pintas dari desa ke desa kecil lainya. Setelaha turunan panjang sekitar 1,5 km habis mulailah kami bersiap memasuki single menuju kedalam hutan “Are you ready to rumble” teriak AHaris kegirangan seperti anak kecil menemukan mainan nya.
Kabut tebal masih menyelimuti ketika kami mulai masuk single trek ini. Pandangan terbatas yang cuma jelas sekitar jarak 2 meteran karena tebal nya kabut membuat ‘Marshal” Dekhary memperingatkan kami untuk tetap waspada dan berhati-hati “Kontrol speed ya om hati-hati jalur negative sebelah kiri kita jurang yang tinggi kita gowes santai aja”. Kabut tebal & dingin terasa menusuk masuk ke kulit kami ketika melewati jalur ini. Akhirnya jalur single trek turunan yang tidak terlalu panjang ini berakhir di sebuah pertigaan jalan desa dan kami kembali masuk ke jalanan asphalt. Trek di depan adalah tanjakan sopan yang tidak terlalu tajam. “Asyik bisa buat menghangatkan badan nih” kata saya dalam hati pelan & santai kami ‘ngicik’ pedaling bersama-sama di tanjakan ini.
Suasana sepi & berkabut tebal menambah seru menanjak di trek ini. Badan mulai sedikit lebih hangat walaupun tetap minus keringat karena terkalahkan oleh cuaca yang dingin. Semua di gowes dan gak ada yang TTB di trek ini. Bahkan Deny yg memakai sepeda DJ slope style single ‘crank’ dan ‘sprocket’ sepeda balap pun bisa lolos di tanjakan ini. “Lumayan om bisa dapat pemanasan nih” kata Deny.
Memandang keindahan kabut putih dari puncak tertinggi Gunung Batur
Setelah tanjakan asphalt berakhir Dekhary menepi di tepi jalan sebelah kiri. “Kita nanti masuk single trek lagi om jalurnya masih sama seperti yang awal kita masuk tadi, kita break dulu ya di sini”. Hujan yang dari tadi gerimis sekarang intensitasnya makin tinggi. Sambil break istirahat beberapa dari kami mengamankan barang bawaan kami. HP, Kamera & alat elektronik segera kami bungkus plastik dan kami simpan rapat-rapat.
Saya, Aharis dan Deny mulai memakai jas & jaket anti hujan yang sudah saya siapkan sedari tadi. Dekhary & Tejo hanya membungkus tas dengan “raincoat” saja. “Gak di pakai jas hujanya om” kata saya memperingati ke Tejo & Dekhary. “Gerah om gak tahan saya kalau gowes, biar aja seperti ini” jawab mereka berdua senada seirama. Menyeberang ke sebelah kanan kami mulai masuk single trek lagi. Awalnya adalah turunan dengan vegetasi semak-semak & tumbuhan ilalang yang cukup tinggi. Sebelah kiri kami adalah jurang yang tidak terlalu tinggi yang di bawahnya mirip ladang milik penduduk namun agak kurang terurus rapi, lalu lama-lama berubah menjadi tanjakan yang tidak terlalu terjal dan masih bisa di gowes.
Sukses sampai tempat tertinggi di jalur ini
“Trek ini nanti lewat Taman Jurasic Park om” Kata Dekhary menjelaskan. Tidak terbayangkan akan seperti apa wujud trek ini. Ditengah hujan dan kabut yang menyertai gowes ini sampailah kita pada tempat yang disebut Taman Jurasic Park. Wow pemandangan sangat indah tersaji di tempat ini. Kaldera Gunung Batur yang telah ditetapkan sebagai Geo Park” oleh Unesco ini menyajikan pemandangan yang sangat indah sekali. Letusan Gunung Batur yang terakhir terjadi tahun 2000 ini bekas pasir & lekukan tanah jalur laharnya membentuk lukisan alam yang eksotis sekali. Kabut tebal yang menutupinya kadang-kadang melintasi, kami berlama-lama di spot view terbaik ini. View Kaldera dan Gunung Batur yang berada pada puncak tertinggi 1.711 diatas muka laut terlihat indah dari tempat kami berdiri. Kamera kami segera mengabadikan spot ini.
Narsis bersama-sama tanda bahagi...hahaha
Setelah puas kami lanjutan gowes ini. Trek cenderung menurun melewati perkebunan penduduk & jalan tanah desa yang berujud batu-batuan. Persinggahan kami berikutnya adalah Desa Songan. Sebuah desa Bali Aga atau Adat yang sudah sangat tua peradabanya. Seperti di ketahui banyak terdapat Desa Adat yang unik di sekitar Kaldera Danau Batur ini seperti: Trunyan: terkenal dengan penguburan mayat, Kintamani, Sukawana, Buahan, Abang dsb. Setelah lumayan lelah kami gowes, santapan makan siang kami lakukan di Desa Songan ini. Menunya ayam bakar plus sambal pedas khas bumbu Bali wow sedap sekali.

Selesai makan siang kami lanjutkan gowes lagi. Cuaca masih hujan rintik, trek yang kami lewati jalurnya menanjak jalanan asphalt rusak. Suasana pedesaan yang asri alam Bali sangat kami nikmati. Setelah nanjak yang cukup melelahkan sampailah kami di spot yang cantik sekali. Danau Batur terlihat dari spot kami berdiri. Cuaca yang berkabut sedikit mengganggu keindahan view Danau Batur ini. Kami berfoto pose angkat sepeda di view ini. Hujan yang masih rintik membuat kami tidak berlama-lama di spot ini. Trek berikutnya kami mulai masuk single trek lagi. Kondisi trek adalah tanah merah jalanan setapak tanah liat yang licin & cenderung terus menurun. Suara rem berderak-derak memecah keheningan gowesan kami. “Atur speed ya om kita akan turun terus di jalur ini” teriak Dekhary.
Kabut tipis menambah mistis jalur yang kita lalui
Berlima kami kejar-kejaran menikmati trek turunan ini. “Late brake” atau “skidding” kadang saya lakukan untuk variasi di jalur yang terus menurun ini. Setelah lumayan pegal kami mengerem samapailah kami di trek yang di sebut “Rock Garden”. Cocok memang dinamakan “Rock Garden” sebuah single trek di tebing & jurang kiri dan kanan di penuhi oleh batu-batu bekas Erupsi Gunung Batur ratusan tahun yang lalu. “Hati-hati ya om, turunan ini sangat teknikal, banyak jalur yang langsung berbelok patah control handlingnya” Dekhary menjelaskan kondisi trek. Kami pun lanjut dengan menurun trek yg penuh batu ini. Empat orang termasuk saya berhasil lolos melewati trek ini. Posisi paling belakan adalah Tejo karena cuaca hujan yang makin deras Tejo terpeleset & jatuh dari sepedanya. “Hoyyy Tejo OK kah…?” teriak kami dari bawah. Melihat Tejo langsung bangun & meraih sepedanya kembali kami yakin tidak ada cedera serius di tubuhnya. “Ragu-ragu oeh pas yang di batu lepas tadi” kata Tejo “ngeles” ketika sudah kumpul dibawah. Di spot ini terdapat Pura kecil yang sangat cantik karena berada di atas perbukitan. Kami break sebentar kemudian lanjut gowes.
Berfoto bersama dengan view lereng Gunung Batur 
 Trek berikutnya adalah jalan desa batu-batuan & asphalt rusak kondisinya turunan terus. “Masih mau masuk single trek atau jalan desa ini terus om?” sambil berhenti di sebuah pertigaan Dekhary memberikan opsi kepada kami. Melihat kondisi cuaca hujan yang makin deras & jam sudah 16.30 kami putuskan lewat jalan desa saja. Setelah kurang lebih 1 jam kami gowes ahkirnya kami finish di sebuah pantai di pesisir selatan yang berpasir hitam di Desa Tianyar, Karang Asem. Tepat jam 17.30 kami finish di sini. Segera mandi, berbenah & loading sepeda kembali. “Walaupun hajar terus om, akhirnya finish ya” Kata Dekhary sambil menyalami “Thank you Bro” balas kami. 
Loading car dari Denpasar ke Kintamani

Day Two: Cycling on road Bukit Ungasan
Hari kedua kami di Bali Cuaca masih hujan terus, setelah sarapan jam 07.30 pagi kami masih belum beranjak dari kamar hotel. Sambil menunggu hujan reda akhirnya jam 11.00 sepeda kami siapkan lagi. Tujuan gowes kali ini adalah Bukit Ungasan dimana terdapat sebuah Cultural Park Garuda Wisnu Kencana.

Ketika akan kesana kami melintas di sebuah jalan tol di tengah laut. Iseng saja tanpa informasi kami mencoba masuk ke gerbang Tol yang menghubungkan ke Nusa Dua & Pelabuhan Benoa. Sepeda motor boleh melintas setelah membayar tiket Rp.5000,- akan tetapi sepeda tidak boleh lewat. Ya sudahlah putar balik lagi kami lanjut gowes ke Bukit Ungasan.
Pantai Jimbaran dengan view lampu-lampu Airport Ngurah Rai
Gowes santai menikmati suasana Bali, akhirnya kami sampai di spot “GWK “ ini. Menonton pertunjukan seni, foto2 kami lakukan di spot yang terdapat patung raksasa Dewa Wisnu. Setelah lama bersantai menjelnag sore kami pulang. Lewat jalur Pantai Jimbaran yang terkenal dengan kuliner khas hasil laut atau sea food. Setelah makan sore & santai di Pantai Jimbaran gowes kami lanjut arah pulang. Waktu sudah menjelang malam, Pantai Kuta & Legian tujuan kami berikutnya.

Kami mengujungi “Ground Zero” atau monumen “Bom Bali” kemudian putar-putar sekitar pantai & pulang ke hotel sambil Night Ride menikmati suasana malam di Pulau Bali.“What a
wonderful world…Bali”

Tarian Barongsai di Culture Park Garuda Wisnu
Tarian tradisional Bali
Loading car di depan hotel tempat menginap kami

Popular posts from this blog

BUKIT AQUILA CIPANAS Jalur Sepeda yang pas untuk menyegarkan nafas

Aquila adalah nama sebuah bukit yang terletak di Cipanas lokasi tepatnya adalah setelah Istana Presiden Cipanas Bogor, biasanya kami ‘unloading’ sepeda di sebual Villa [Gramedia] yang di depanya terdapat sebuah Warung Mie Jawa yang enak sekali rasanya, kemudian dari villa tersebut kita langsung meluncur dengan sepeda ke ‘BUKIT AQUILA’ Saya juga kurang tahu persis nama Aquila ini di ambil dari mana yang jelas sebuah bukit yang indah dengan pesona alam khas Parahyangan yang sangat sejuk dilihat & memanjakan mata. Bukit Aquila ini adalah sebuah bukit tempat berladang penduduk lokal setempat yang banyak menanam tanaman keras & beberapa sayuran berjenis kacang-kacangan, udaranya sangat segar & hijau tanaman ketika musim hujan. Sekilas tentang jalur sepeda Aquila Secara garis besar jalur ini saya bagi menjadi 4 bagian berdasarkan kondisi jalur, lokasi & area yang kita lintasi dengan bersepeda. Berdasarkan kategori jalur ini bisa dimasukan dalam kategori Light

ENDURO RACE di KTH Bikepark Puncak Bogor

   Starting point Bukit Pano'ongan   Suasana di Start Point ENDURO Sebuah genre baru  balap sepeda Saat ini genre Enduro berkembang pesat & sangat digemari oleh para pencinta olahraga Mountainbike. What is Enduro? Istilah Enduro awalnya adalah sebuah genre olahraga dari Motorbike yaitu sebuah lomba long distance cross country yang terbagi dalam beberapa stage kemudian dihitung overall total waktu keseluruhan dari stage yang dilombakan pemenangya adalah yang bisa menyelesaikan waktu tercepat. Enduro di Mountain bike jika tidak salah awal mulanya di selenggarakan di Negara Perancis adalah sebuah lomba yang menggabungkan “technical skill downhill” yang tinggi & kemampuan “endurance” yang prima yang biasanya terbagi dalam beberapa stage lomba, perpaduan dari dua hal ini menjadikan sebuah genre baru yang sempurna dari olahraga Mountain bike.  Salah satu rider di stage-1 sebelum turun hujan Salah satu contoh adalah Jerome Clement seorang atlet yang

SATU HARI BERMAIN SEPEDA di 3 jalur yang berbeda di Kota Bandung Raya

Banyak terdapat jalur sepeda yang harus dicoba di Kota Bandung Raya Kota Bandung disebut oleh para kompeni sebagai “Paris Van Java” entah ya gimana asal muasalnya…bingung emoticon. Selain terkenal dengan wisata kuliner, gudang nya mode fashion dengan ratusan toko pakaian “Factory Outlet” juga sangat mahsyur sebagai gudangnya para wanita cantik “Neng Geulis” yang terkenal dengan sebutan “Mojang Priangan”…entah ya berapa persen terdapat wanita cantik di kota ini…hihihi…tertawa emoticon. Kota yang menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan sehingga udara lumayan sejuk [tapi sekarang sudah berasa panas ya…hahaha] pemandangan alam nya sangat indah dengan berbagai view yang sangat menawan. Beberapa daerah memang masih dipelihara keaslian hutanya & di khusus kan untuk menjadi hutan lindung dan menjadi daerah tujuan wisata. Yang paling menarik bagi kami selain hal diatas di Kota Bandung ini terdapat banyak jalur sepeda yang