Aquila adalah nama sebuah bukit yang terletak di Cipanas lokasi tepatnya adalah setelah Istana Presiden Cipanas Bogor, biasanya kami ‘unloading’ sepeda di sebual Villa [Gramedia] yang di depanya terdapat sebuah Warung Mie Jawa yang enak sekali rasanya, kemudian dari villa tersebut kita langsung meluncur dengan sepeda ke ‘BUKIT AQUILA’
Saya juga kurang tahu persis nama Aquila ini di ambil dari mana yang jelas sebuah bukit yang indah dengan pesona alam khas Parahyangan yang sangat sejuk dilihat & memanjakan mata. Bukit Aquila ini adalah sebuah bukit tempat berladang penduduk lokal setempat yang banyak menanam tanaman keras & beberapa sayuran berjenis kacang-kacangan, udaranya sangat segar & hijau tanaman ketika musim hujan.
Sekilas tentang jalur sepeda Aquila
Secara garis besar jalur ini saya bagi menjadi 4 bagian berdasarkan kondisi jalur, lokasi & area yang kita lintasi dengan bersepeda. Berdasarkan kategori jalur ini bisa dimasukan dalam kategori Light XC karena jalur turunan yang kita lewati tidak terlalu berbahaya dan juga masih terdapat banyak tanjakan-tanjakan yang tergolong ringan yang banyak mengharuskan kita untuk ‘pedalling’ beberapa bagian namun tetap dominan jalur turunya.
Sawah dengan latar belakang bukit-bukit yang indah |
Melintas di jalur sawah |
“Om jadi kita ambil jalur Aquila terus nanti finish di Danau Cirata, kemudian naik perahu menyeberangi danau ya?” sekali lagi Ade bertanya memastikan jalur yang akan kita lewati. Dari penjelasan Ade total panjang jarak jalur ini sekitar 28 KM saja sampai finish di Danau Cirata.
Menuju puncak Bukit Aquila |
Jalur Bukit Aquila
Bukit Aquila: setelah siap & berkumpul semua ritual pertama yang kami lakuka adalah 'warming up' & doa bersama memohon perlindungan Tuhan supaya sehat selamat sampai dengan tujuan akhir bersepeda. Lalu...wusss…tidak menunggu lama lansung kami berangkat beriringan menuju Bukit, kondisi jalur adalah ‘on road’ sedikit menanjak lalu kami masuk single track jalur batu macadam dan akhirnya sampai ke atas Bukit Aquila.
Inilah surga untuk pencinta bersepeda type ‘gravity’ turunan single track di jalur ini adalah sebuah akses jalan penduduk untuk menuju kebun tempat mereka berladang, tanpa pedaling sama sekali kita dapat meluncur meliuk-liuk mengikuti jalur yang bervariasi antara tebing & lembah dengan sangat kencang. Setelah berfoto-foto sebentar, Kang Ade langsung tancap crank menggila mengikuti jalur turunan yang sangat panjang meliuk-liuk di bawah sana. Kami mengikutinya dengan penuh suka cita, antar pesepeda kami atur jaraknya supaya jika ada yang mendadak mengerem bisa ada celah untuk antisipasi keadaan yang berbahaya. Jalur ini relative tanpa ada rintangan atau ‘obstacle’ layaknya ‘bike park’ mengingat ini adalah jalan yang di pakai oleh penduduk menuju ladangnya. Namanya ‘bonus’ atau turunan pasti cepat berlalu demikian juga jalur perbukitan tadi segera jauh tertinggal di belakan kita kemudian jalur kembali masuk ke jalan raya penghubung antar desa.
Jalur tanah merah di tengah-tengah kebun singkong |
Melewati jalur kebun pisang bersepeda jadi riang |
Jalur on road nanjak ‘manja’
Setelah jalur on road ini kami mulai masuk lagi ‘blusukan’ ke rumah & pekarangan penduduk. Kata Kang Ade setelah nanti habis jalur kampung ini kita akan masuk kembali ke jalur single track otomatis turunan jelas Ade sedikit memberi harapan ke teman-teman yang mulai kelelahan melahap tanjakan. “Woles [santai] bro di mana ada nanjak selalu akan berakhir di turun-an” teriakan teman-teman kegirangan.
Single Track Kebun Coklat & Hutan Jati…Sang Pendekar Pohon Beraksi
Santai di jalur on road yang landai |
Memasuki ladang penduduk tanaman di area ini rata-rata singkong & pohon pisang, jalurnya sangat lebar, konturnya mulai sedikit demi sedikit menurun. Jalur ini pavement nya tanah merah karena waktu kami main disini musim kemarau kepulan debu berterbangan di sela tapak-tapak sepeda kami. Kepulan debu makin tinggi intensitasnya karena makin lama jalur ini makin menurun tajam, kami pacu sepeda kami dengan tetap memberi jarak antar sepeda. Akhir dari jalur kebun singkong adalah sebuah pertigaan jika lurus kearah desa & kami belok memasuki single track kebun coklat, setelah sedikit melewati single track kita ketemu dengan jalur double track yang sangat lebar bahkan sebuah mobil pick up pun bisa lewat di jalur ini, pavement nya adalah batu macadam yang besar-besar & konturnya menurun terus.
“Jalur ini turun terus om nanti di beberapa bagian ada belokan tajam yang ada tanggulnya atau ‘berm’ & beberapa bagian batuan yang sangat rusak hati-hati pilih jalurnya ya” Ade memberi gambaran jalur yang akan kita lewati.Tidak menunggu lama kami pun bersiap-siap untuk ambil formasi, seperti biasa langsung kita bagi 2 bagian, yang pertama grup ‘full speed’ & yang kedua ‘full brake’…hehehe. Jalur ini surga kedua setelah Bukit Aquila, full turunan jalan yang lebar dan bisa main saling mendahului diantara para pesepeda, saking serunya adegan saling kebut-kebutan ini 2 orang Rizal & Fai kami kena bocor ban karena jalur macadam yang awalnya tertata dengan rapi maikm lama makin rusak berserak tak beraturan. Skip dulu acara ngebut-nya kami pun menunggu mereka berdua ganti ban, karena di bantu oleh Ade & Dedy acara ganti ban pun tidak lama langsun beres. Lanjut menikmati turunan yang mengasyikan Ade memberi tanda untuk memperlambat laju sepeda dan kamipun berkumpul semua di tempat ini.
Melintas di hutan Jati |
Ade: “Kita ambil ‘short cut’ disini om kita masuk ke hutan jati lantas nanti lewat kebun kelapa sawit”.
Teman: “Kenapa gak hajar terus jalur kebun coklat ini om tanggung banget ini lagi mood dapat turunan” kata teman saya sedikit protes.
Ade: “Kalau kita lurus di turunan ini nanti mau masuk ke jalur kebun kelapa sawit kita harus lewat jalur yang menanjak...om pilih mana?”
Teman: “What-tttatitah ‘short cut’ saja lah…OK friend kita ambil jalan pintas ya…SIAP” jawab teman-teman kompak.
Tanpa menunggu lama kamipun langsung masuk ke rimbunan pohon coklat & setelah itu tidak begitu lama menyeberangi sedikit semak-belukar lantas kami ketemu dengan hutan jati, vegetasi tanaman hutan ini lumayan rapat antar pohon setelah jalanan sedikit nanjak & sebagian ada yang datar kami bersepeda ‘selap selip’ diantara pohon.
Short cut keluar dari hutan Jati |
Ade mengajak lagi untuk mengambil jalan pintas dengan cara memotong jalur hutan jati ini dan di sinilah kejadian ‘Pendekar Pohon Beraksi’. Jalur pintas yang dipilih oleh Ade sangat menurun sudutnya sementara jajaran antar pohon sangatlah rapat kita harus awas & terus bermanuver supaya handle bar kita tidak nyangkut atau tertabrak pohon.
Kemudian terjadilah kejadian yang lucu ini: Gani memacu sepedanya dengan sangat suka cita, Avi mengikuti dari dari belakang entah kenapa mungkin karena asyiknya menikmati jalur Handle Bar sepeda Gani menabrak salah satu pohon jati dan ‘gubraaaak’ jatuh terjerembab, Avi yang tepat dibelakang ikut jatuh juga entah bagaimana posisinya kondisi yang menderita cedera Avi tulang kering kaki kanan menghantam pedal sedangkan Gani yang jatuh duluan malah minim cidera hanya jari kelingkingnya yang luka. Secepat kilat kami langsung memberikan pertolongan kepada Avi yang terluka kakinya. “Wah sakti banget nih Gani mirip ‘Pendekar Pohon’ yang jatuh dulu-an malah tidak cidera” teman-teman bergurau mengomentari kejadian ini. Setelah mengobati luka & memastikan tidak ada bagian tubuh yang terluka kami melanjutkan perjalanan ini sudah hampir setengah hari kami bersepeda.
Berhenti sejenak mengobati Avi yang terluka kakinya |
Jalur Kebun Kelapa Sawit & Menyeberang Danau Cirata
Keluar dari Hutan Jati kami masuk ke dalam perkebunan kelapa sawit milik warga, tidak terbayangkan sebelumnya bahwa di pulau Jawa ini terdapat perkebunan kelapa sawit yang luas tak terkira, bayangan saya berasa seperti di Pulau Sumatra saja. Udara Panas mulai terasa menyengat kulit kami karena kondisi vegetasi pohon yang agak kurang rapat posisinya. Kontur jalur bagaikan surga dunia..hahaha...di depan kami adalah turunan panjang yang sangat lebar karena inilah jalan utama untuk mengangkut hasil panen kelapa.
Tidak menunggu lama kami segera meluncur kencang menikmati jalur turun ini, kepulan debu tebal tertinggal di belakang tapak-tapak ban sepeda kami yang melaju paling depan berteriak-teriak kegirangan seperti anak kecil yang menemukan mainan-nya, kami bisa saling berebut posisi terdepan di jalur ini, dan akhir dari jalur ini adalah sebuah sebuah sawah yang menghubungkan dengan perkampungan penduduk desa.
Saling berpacu di jalur kebun kelapa sawit yang berdebu |
Tanjakan menuju ke jalan utama antar desa |
Jalur yang tadinya terus menurun kali berubah menjadi nanjak.Tanjakan jalan batu-batu macadam penghubung antar desa, setelah sekian waktu akhirnya kami sampai di warung makan pinggir jalan desa. “Om track-nya udah tinggal beberapa ratus meter finish, lurus terus jalan ini menuju Danau Cirata, kita makan dulu aja di Warung ini ya” kata Ade menjelaskan kondisi akhir track kita.
Kondisi perut lapar lantas diajak mampir makan di Warung ‘oh…surga’ makanan utama di warung ini adalah ikan dari Danau Cirata plus minuman air kelapa murni dari kebun si sekitar desa. Setelah habis ludes santapan makan siang & numpang untuk beribadah di Mushola, kami lanjut menuju Danau Cirata. Tidak terlalu jauh jarak antara Warung ke Danau, Ade segera memesan 2 perahu untuk menyeberangi danau ini, satu perahu kami gunakan untuk mengangkut sepeda kami dan satu perahu lainya untuk mengangkut seluruh peserta. Danau air tawar yang indah kurang faham apakah ini danau alam atau danau buatan manusia yang jelas tempat ini merupakan salah satu tujuan wisata. Disekitar danau ini berseliweran perahu bermotor mengangkut turis lokal & beberapa saya lihat juga ada turis mancanegara. Sekitar setengah jam menaiki perahu ini sampailah kami di dermaga desa Janghari langsung kami unloading menggunakan mobil menuju tempat start awal kami bersepeda. Sungguh menyenangkan sekali aktifitas kami hari ini, sampai jumpa di track selanjutnya.
Berbaris tertib di jalur Kebun Kelapa Sawit |
Tetap semangat & sehat dengan olahraga bersepeda…salam @nardex