Skip to main content

CAMPING & MOUNTAIN BIKING - 2 Kegiatan outdoor adventure yang menyenangkan







Camping & Mountainbiking menyatukan dua kegiatan outdoor yang mengasyikan
Kalau disebut nama daerah Ciwidey kebanyakan orang akan langsung akan berpikir dataran tinggi bumi Priangan itu dengan lokasi Wisata yang indah Kawah Putih. Tapi tidak dengan kami, bagi kami ke Ciwidey adalah berkemah & bersepeda di lokasi wisata Kampung Cai - Ranca Upas.
Ranca Upas hanyalah bumi perkemahan yang seperti tempat berkemah lainya. Yang menjadikan daerah seluas 3 hektar ini istimewa adalah suhunya yang terbilang sangat dingin. Terletak di suatut lembah pada ketinggian 1700 diatas muka air laut, jika musim kemarau suhu bisa mencapai 8-11 derajat celcius bayangkan dengan suhu kota Jakarta yang 30-35 derajat celcius. Fasilitas berkemah disini sudah lumayan bagus, ada tempat MCK, Warung & parkir mobil yang sangat memadai. Bahkan kolam renang air panas pun tersedia di tempat ini tentu saja anda harus membayar tiket untuk bisa masuk menikmatinya.
 Akhir pekan ini terasa begitu istimewa rencana yang kami susun secara seksama yaitu Bike Camping akan segera kami laksanakan. Sungguh aktifitas menyenangkan yang bisa dilakukan bersama teman yang punya kegemaran yang sama yaitu komunitas pecinta sepeda MTB kantor kami yang kami namakan TC2-MTB. Sampai hari keberangkatan terkumpulah 21 orang yang bersedia ikut kegiatan bike camping ini.

Jalur hijau bervariasi antara tanjakan & turunan

 “Cap cus cyn” artinya “ayo kita berangkat”  istilah anak gaul jaman sekarang. Sabtu pagi itu secara beriringan 8  kendaraan kami menuju lokasi tempat bike camping. Perjalanan sangat lancar jalur yang kami lewati adalah jalan tol Cipularang arah Padalarang kemudian keluar pintu tol Kopo, lalu menuju arah Soreang, dari Soreang kearah Ciwidey. Pemandanganya sungguh indah kiri & kanan jalan perkebunan sayur-sayuran, yang paling menarik di sekitar jalur ini adalah kebun buah strawberry. Banyak kebun yang menawarkan petik buah strawberry sendiri, patut dicoba jika anda punya banyak waktu luang.
Setelah perjalan yang macet-macet dari kota Bandung sampailah kami di tempat kemah kami yaitu Kampung Cai, Ranca Upas. Waktu masih belum terlalu sore segera kami bongkar peralatan kemah kami. Tidak perlu waktu lama tenda pun telah berhasil kami dirikan. Alat-alat penunjang kemah pun juga kami keluarkan. Termasuk sepeda kami langsung kami rakit kembali. Udara segar dan wangi daun eucalyptus menjelang sore hari segar mengisi paru-paru kami. Udara dingin mulai menyergap menusuk tulang beberapa teman ada yang langsung tidur-tiduran di dalam tenda, ada yang duduk sambil ngobrol bersama-sama, yang lainya sudah gatal langsung mencoba berkeliling-keliling mengitari area tempat kami berkemah.
Camping ground yang nyaman
Memasuki sore hari semakin banyak orang yang berdatangan ke tempat ini dengan tujuan berkemah. Ini memang alternative anda menginap selain tentu saja banyak hotel di sekitar Ciwidey ini. Mereka rata-rata kesini hanya untuk berkemah saja, lain dengan kami yang pada Minggu paginya akan melakukan kegiatan bersepeda XC atau Cross Country. Dua orang teman kami yaitu om Aha & om Deni serius membahas jalur yang akan kami lewati besok pagi. ”Jalurnya gak terlalu jauh kok sekitar 25 km, variasi trek masih imbanglah antara turunan & tanjakan”  kata om Aha sedikit memberi informasi.
Minggu pagi adzan subuh berkumandang dari alarm HP kami, beberapa orang menyingkap tabir tenda. Udara masih dingin menusuk tulang, api unggun yang tadi malam menyala memberi kehangatan masih menyisakan bara api, kami berusaha menyalakanya lagi. Beberapa teman pergi mengambil air wudhu untuk menunaikan ibadah sholat shubuh. Sedangkan yang menyalakan kompor memasak air untuk membuat kopi, teh & menyeduh mie instant perbekalan kami. Kabut turun pagi ini memberikan sensasi & kenikmatan tersendiri, kami masih malas bergerak & asyik ngobrol sambil ngopi mengelilingi sisa bara api. Setelah semua terbangun & menjalani rutinitas aktifitas pagi kami mulai bersiap-siap menata perlengkapan bersepeda kami.
Minggu pagi sekitar jam 7.30 semua sudah sarapan dan siap dengan perlengkapan bersepedanya. Setelah kami kumpul semua briefing di lakukan oleh om Aha mengenai trek yang akan dilewati & tata tertib ketika kami melewati trek terutama yang bersinggungan langsung dengan kampung atau kebun milik penduduk yang menjadi bagiar dari trek ini. Sesudah briefing dilanjutkan dengan doa bersama di pimpin oleh om Andien lantas di bagi tugas untuk kegiatan ini yang menjadi leader adalah om Aha, om Deni ditunjuk sebagai sweeper atau pengawal paling belakang. Sebelum berangkat kami berhitung dulu kebiasaan ini selalu di lakukan untuk mengetahui lengkap atau kurangnya anggota tim kami.

Foto bersama di tengah kebun teh yang hijau

Tepat jam 08.00 udara cerah sinar matahari bersinar terang mulailah kami mengayuh sepeda memasuki jalanan di sekitar bumi perkemahan masuk dari jalan samping kandang penangkaran Rusa jalanan tanah berpasir masih datar banyak aktifitas para pekemah yang mencari udara segar di pagi hari. Jalur yang relative datar ini menjadi awal yang baik untuk pemanasan. Setelah sekitar sekitar 1 km kami mengayuh sepeda mulailah masuk ke single trek yang jalurnya mulai agak menanjak satu persatu kami mencoba menapaki jalur single trek yang lumayan nanjak ini ada yang berhasil ada yang gagal di tengah jalan dan di bantu dengan dorong sepeda aka TTB.
Tidak begitu panjang single trek ini kami mulai memasuki trek kebun sayur milik penduduk kondisi trek adalah masih tanjakan yang tidak terlalu tajam kami masih bisa dengan santai menikmati trek ini. Om Deni mengalami putus rantai di trek inin namun segera bisa diatasi & perjalanan dilanjutkan kembali. Kebun buah sayuran kol atau kubis yang sudah siap dipanen mendominasi pemandangan trek ini. Para petani tampak sibuk sedang mengurus kebun sayurnya sesekali kami berpapasan dengan mereka dengan tak lupa kami ucapkan kata “punten” Pak, "punten" Bu [punten = permisi bhs. Sunda].
Selepas dari trek kebun sayur ini kami langsung memasuki daerah perkebunan teh. Kondisi jalurnya bervariasi antara single trek & double trek kondisi jalanya didominasi oleh batuan macadam. Jika di jalur double trek & mendapatkan turunan seperti biasa kami saling kebut2an tapi jika ketemu jalan tanjakan biasalah saling ledek2an. Berfoto-foto narsis kamipun kami lakukan sambil menghirup udara segar pegunungan & menikmati indahnya pemandangan.


Jalur single track diantara pohon teh yang hijau
 
Turunan yang menyesatkan
Ada hal yg lucu di gowes trek Ranca Upas ini. Selepas tanjakan kebon sayur, kemudian rolling tanjakan & turunan kami mulai memasuki area kebon teh Ranca Bali…om Aha yg bertindak sebagai leader member instruksi:  “ayo siapa yg mau duluan trek di depan adalah full turunan, hati-hati ya jangan ngebut gak usah pakai rem, nanti ada belokan jalan kecil ambil yg arah kiri ya”
Gak pakai lama Aku & Edy ambil posisi “Ed kamu di depan ya aku ngikut di belakangmu, siaaap sahut Edy". Maka kami pun meluncur berdua menikmati turunan panjang yg memang udah kita nantikan. Werrrr….wuzzzz…girang karena turunan sambil meluncur kami berteriak-teriak sukacita…makin lama kami meluncur dgn kecepatan penuh lama-lama trek makin dalam & terus menurun. Kadang Edy triak memperigati batuan & ranting yg makin rapat sesekali dia teriak awas batu, awas ranting. Sekitar 1,5 km kami nikmati turunan lama2 treknya mulai mencurigakan karena tanahnya gembur, berumput & makin rapat vegetasinya…waduh sepertinya kita nyasar nih kata saya dalam hati.

Foto wajib angkat sepeda buat kenang-kenangan

Aku & Edy berhenti “wuahhh asyik turunanya friend” kata Edy. “Tadi kamu lihat belokan arah kiri gak…? Aku gak lihat tuh, mungkin masih di depan mungkin” sahutku. "Yang lain masih di belakang yah…? Iya masih jauh gak kedengaran suaranya”. Setelah 20 menit menunggu kami langsung curiga “Edy kayaknya kita nyasar deh, ah masa sih…jangan2 bener iya nyasar”. Aku ngeluarin 2 HP gak ada sinyal dua2nya. Edy ngeluarin HP uhuy ada sinyal, langsung kontek om Aha asyik lsg nyambung terimakasih telk*ms*l…hehehe.
Edy:  “Om udah sampai mana kita lagi nungguin nih di turunan yg sebelah kiri ada batu gede, kiri semak belukar kanan lembah keliatan bukit2 om”
Aha: "Lho kita udah dekat jalan raya nih habis turunan lewatin turunan kebun teh. Tadi gak belok kiri ya? Kamu nyasar Edy, puter balik lagi aja. Pokoknya cari yg arah jalan raya atau kebun teh Ranca Bali ya, jangan ke kanan arahnya yg kekiri”
Gubrak…oh my god…dari turunan kalo dibalik otomatis jadi tanjakan. Kebayang berapa panjang trek nanjak yg bakal kita lalui kami pun berunding cari jalan pintas. Edy aku suruh nunggu sepeda, aku menembus semak2 mencari jalan pintas buat kita turun. Beberapa tempat kami temukan semak2 yg di babat rumputnya mungkin akan di gunakan untuk berladang. Celingak celinguk gak ada satupun penduduk yg bisa di tanya. Setelah kurang lebih blusak-blusuk naik & turun, ahhooy “Edy ada jalan pintas nih jalan raya keliatan dari sini” aku teriak keras .
Jalur jalan asphalt di kelilingi taman batu "suiseki"

Kami pun bergegas menembus semak & menuju jalanan setapak tanah liat yg dibikin berundak seperti tangga. Sepertinya ini jalan yg di buat penduduk untuk berladang & mencari kayu bakar tempat kami tersesat. Sepeda kami gotong menuruni tangga tanah di lereng bukit ini. Kadang2 kami estapet karena jalan yg curam, lumayan juga keringatan. Setelah tak begitu lama kami TTB ahoyyy akhirnya kami temukan kembali signle trek turunan menuju kebun teh. Beberapa dapat kami goes namun sebagian harus kita gotong2 karena rapatnya vegetasi tanaman teh.
Ringggg…ringggg…dering telpon dari HP Edy, ternyata om Aha telpon memantau kami: “Ed udah sampai mana? Udah masuk lagi di kebon teh nih om, di depan udah kelihatan perkampungan penduduk”. “Oke arah kampung itu ya jalanya nanti ada pertigaan yg ada mesjidnya & rumah yg ada papan nama perkebunan Ranca Bali”. “Siapp om kita segera meluncur kita situ”.
Total waktu hamper 45 menit sejak kami angkat telpon memberitahukan keberadaan kami yg nyasar terlena turunan panjang. Semua teman ketawa  terbahak bahak & mencela kami habis2an, Wuihhh, lega rasanya lihat wajah teman2 kami lagi. “Makanya tau diri dong kalau lihat turunan”…hahaha. Udah kita tunjukan tampang menderita di wajah kita eh masih aja ada yg nyeletuk: “Ayo kita berangkat lagi, jangan lama-lama istirahatnya”. Kampreeet kalian semua...hahaha 
Tanjakan di hutan pinus sebelum jalur kebun teh
Setelah kami berkumpul kembali komplit semua anggota gowes kami lanjutkan. Trek yang kita lewati adalah jalan raya beraspal yg sudah memasuki daerah perkebunan teh Ranca Bali. Walaupun matahari bersinar terang tapi udara sejuk masih berhembus di jalur ini. Kiri kanan jalan bantuan2 besar di sela sela pohon teh sangat mendominasi. Bentuk2 batunya sangat bervariasi serasa di taman raksasa “suiseki” batu hias yg suka di koleksi karena keindahanya.
Sekitar 1,5 km nanjak jalanan aspal, akhirnya kami masuk ke area kebun lagi. Jalur off road bervariasi antara batuan macadam, batu2 kecil lepas & tanah liat alami. Kondisi trek rolling antara turunan & tanjakan bervariasi. Kalau anda pernah ngetrek di Puncak kondisinya mirip seperti trek yg di Rindu Alam-Gunung Mas tapi disini udaranya lebih dingin & relatip sepi pengunjungnya. Tidak berapa lama kami pun tiba di Situ Patenggang sebuah danau alam yang indah. Waktu belum begitu sore beberapa teman menyewa perahu berkeliling danau atau menuju ke tengah danau yg ada pulaunya yg lain foto2 di tepian danau. Saya & beberapa teman yg lain nongkrong di warung memesan the manis & beberapa gorengan yg hangat.
Jalur kebun teh yang segar dan hijau
Setelah kami puas berada di Situ Patenggang gowes pun kami lanjutkan, tahap terakhir etape ini adalah nanjak jalan asphalt menuju perkemahan Ranca Bali tempat kami start. Kondisi jalan teru menanjak halus jaraknya sekitar 5 km. Jalanan sangat ramai oleh berbagai kendaraan bermotor jadi tetap waspada terhadap bahaya yang lebih besar ketika bersepeda di jalan raya. Beberapa teman langsung terbagi jadi grup terseleksi oleh kekuatan dengkulnya, dari total 21 orang kami terbagi menjadi tiga grup. Setelah melewati trek nanjak jalan raya yang menjemukan akhirnya samapailah kami di kemah kami dengan sehat & selamat seluruh anggotanya. Kami berkemas & bersiap kembali ke Jakarta & selamat sampai di rumah kami masing.
Terimakasih semuanya sampai jumpa di jalur wisata selanjutnya. Tetap semangat & sehat dengan bersepeda...salam... :)


Popular posts from this blog

BUKIT AQUILA CIPANAS Jalur Sepeda yang pas untuk menyegarkan nafas

Aquila adalah nama sebuah bukit yang terletak di Cipanas lokasi tepatnya adalah setelah Istana Presiden Cipanas Bogor, biasanya kami ‘unloading’ sepeda di sebual Villa [Gramedia] yang di depanya terdapat sebuah Warung Mie Jawa yang enak sekali rasanya, kemudian dari villa tersebut kita langsung meluncur dengan sepeda ke ‘BUKIT AQUILA’ Saya juga kurang tahu persis nama Aquila ini di ambil dari mana yang jelas sebuah bukit yang indah dengan pesona alam khas Parahyangan yang sangat sejuk dilihat & memanjakan mata. Bukit Aquila ini adalah sebuah bukit tempat berladang penduduk lokal setempat yang banyak menanam tanaman keras & beberapa sayuran berjenis kacang-kacangan, udaranya sangat segar & hijau tanaman ketika musim hujan. Sekilas tentang jalur sepeda Aquila Secara garis besar jalur ini saya bagi menjadi 4 bagian berdasarkan kondisi jalur, lokasi & area yang kita lintasi dengan bersepeda. Berdasarkan kategori jalur ini bisa dimasukan dalam kategori Light

ENDURO RACE di KTH Bikepark Puncak Bogor

   Starting point Bukit Pano'ongan   Suasana di Start Point ENDURO Sebuah genre baru  balap sepeda Saat ini genre Enduro berkembang pesat & sangat digemari oleh para pencinta olahraga Mountainbike. What is Enduro? Istilah Enduro awalnya adalah sebuah genre olahraga dari Motorbike yaitu sebuah lomba long distance cross country yang terbagi dalam beberapa stage kemudian dihitung overall total waktu keseluruhan dari stage yang dilombakan pemenangya adalah yang bisa menyelesaikan waktu tercepat. Enduro di Mountain bike jika tidak salah awal mulanya di selenggarakan di Negara Perancis adalah sebuah lomba yang menggabungkan “technical skill downhill” yang tinggi & kemampuan “endurance” yang prima yang biasanya terbagi dalam beberapa stage lomba, perpaduan dari dua hal ini menjadikan sebuah genre baru yang sempurna dari olahraga Mountain bike.  Salah satu rider di stage-1 sebelum turun hujan Salah satu contoh adalah Jerome Clement seorang atlet yang

SATU HARI BERMAIN SEPEDA di 3 jalur yang berbeda di Kota Bandung Raya

Banyak terdapat jalur sepeda yang harus dicoba di Kota Bandung Raya Kota Bandung disebut oleh para kompeni sebagai “Paris Van Java” entah ya gimana asal muasalnya…bingung emoticon. Selain terkenal dengan wisata kuliner, gudang nya mode fashion dengan ratusan toko pakaian “Factory Outlet” juga sangat mahsyur sebagai gudangnya para wanita cantik “Neng Geulis” yang terkenal dengan sebutan “Mojang Priangan”…entah ya berapa persen terdapat wanita cantik di kota ini…hihihi…tertawa emoticon. Kota yang menjadi ibukota Provinsi Jawa Barat ini dikelilingi oleh beberapa pegunungan sehingga udara lumayan sejuk [tapi sekarang sudah berasa panas ya…hahaha] pemandangan alam nya sangat indah dengan berbagai view yang sangat menawan. Beberapa daerah memang masih dipelihara keaslian hutanya & di khusus kan untuk menjadi hutan lindung dan menjadi daerah tujuan wisata. Yang paling menarik bagi kami selain hal diatas di Kota Bandung ini terdapat banyak jalur sepeda yang